Bersama
dr. Hj. Faizatul Rosyidah
Assalamua'alaikum Wr. Wb. Bagaimana caranya agar anak mencintai ilmu-ilmu al-Qur'an atau kandungan-kandungan yang terdapat dalam al-Qur'an. Sehingga anak tidak hanya sekedar bisa membaca bacaannya saja, tapi juga mengetahui isi kandungan al-Qur'an. Mohon Ustadzah berkenan memberikan penjelasan atas pertanyaan di atas. Terimakasih
JAWABAN:
Anak-anak adalah amanah, titipan dari Allah SWT, Sang Pemilik anak-anak kita. Setiap kita pasti menginginkan kebaikan dan kebahagiaan atas anak-anak kita. Semua orang tua pasti berharap anaknya menjadi anak yang saleh dan shalehah; anak yang berbakti kepada Allah, dan Rasul-Nya serta kedua orang tuanya. Dan salah satu cara terpenting untuk menuntun dan mengajarinya adalah dengan memperkenalkan Al- Qur’an. Dengan mendidiknya membaca dan menulis Al-Qur’an sejak masa anak-anak, baik dirumah maupun disekolah, anak bisa memahami makna dan kadungan Al-Qur’an serta mengarahkan mereka kepada keyakinan bahwa Allah adalah Rabb mereka dan Al Quran merupakan firmanNya. Hingga mereka akhirnya mencintai Al-Qur’an. Jika anak telah mencintai Al-Qur’an sejak dini, maka kecintaan itu akan mengantarkannya pada kecintaan untuk membaca, mempelajari, menghafalkan hingga mengamalkannya.
Rosulullah SAW telah menyampaikan kepada kita pentingnya
belajar dan mengajarkan Al Qur’an. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Mush’ab
bin Sa’ad bin Abi Waqqash, beliau SAW bersabda:
خِيَا رُكُمْ مَنْ
تَعَلَّمَ اْلقُرْاَنَ وَ عَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan
mengajarkannya.” (HR.
Bukhari)
At-tabrani meriwayatkan dari Ali ra bahwa Nabi SAW bersabda, “Didiklah anak-anak kamu pada
tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya, dan membaca Al-quran. Sebab orang-orang
yang ahli Al-qur’an itu berada di lindungan singgasana Allah pada hari tiada
perlindungan kecuali perlindunganNya beserta para NabiNya dan orang-orang yang
suci.”
Menanamkan rasa cinta anak terhadap Al-Qur’an pertama kali harus dilakukan di dalam keluarga. Diantara metode dan prinsip yang bisa kita gunakan adalah:
1. Keteladanan. Jika kita menginginkan anak mencintai Al-Qur’an, maka jadikanlah keluarga kita sebagai suri teladan yang baik dalam cara berinteraksi dengan Al-Qur’an, terbiasa membacanya, terbiasa menjadikannya sebagai rujukan dalam setiap ajaran kita, kecintaan kita kepada Al qur’an yang terlihat dari istiqomahnya kita membaca dan mempelajarinya, hingga keteladanan dalam cara memuliakannya, diharapkan hal tersebut akan merasuk ke dalam alam bawah sadar anak kita bahwa Al-Qur’an (termasuk mushafnya) adalah sesuatu yang agung, suci, mulia, penting untuk dihormati, dimuliakan, dipelajari, dipahami dan diamalkan.
2. Sering memperdengarkan Al-Qur’an di rumah dengan suara merdu dan syahdu, yang menyenangkan bagi pendengaran anak.
3. Bercerita kepada anak dengan kisah-kisah yang diambil dari Al-Qur’an. Seperti kisah tentara gajah yang menghancurkan Ka’bah, kisah perjalanan nabi Musa dan nabi Khidir, kisah Qarun, kisah nabi Sulaiman bersama ratu Bilqis dan burung Hud-hud, kisah Ashabul Kahfi,dan lain-lain dengan menunjukkan bahwa kisah-kisah tersebut adalah kisah yang terdapat di dalam Al Qur’an. Sehingga rasa cinta anak terhadap cerita-cerita itu dengan sendirinya akan terikat dengan rasa cintanya pada Al-Qur’an.
4. Sabar dalam menghadapi anak ketika mengajarkan anak tentang Al Qur’an. Misalnya ketika anak belum bersedia menghafal pada usia ini, maka kita harus menangguhkannya sampai anak benar-benar siap. Namun kita harus selalu mencoba mendekatkannya dengan Al Qur’an, misal dengan senantiasa memperdengarkan bacaan Al-Qur’an kepadanya.
5. Menggunakan metode pemberian penghargaan untuk memotivasi anak. Misalnya jika anak telah menyelesaikan satu surat kita ajak ia untuk jalan-jalan/rekreasi, atau dengan menggunakan lembaran prestasi/piagam penghargaan, sehingga anak akan semakin terdorong untuk mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.
6. Menyampaikan keutamaan-keutamaan mempelajari, memahami, menghafalkan dan mengamalkan Al qur’an. Misalkan sebelum menyuruh anak memulai menghafal Al-Quran, kita katakan kepada mereka, “Al-Qur’an adalah kitab Allah yang mulia, orang yang mau menjaganya, maka Allah akan menjaga orang itu. Orang yang mau berpegang teguh kepadanya, maka akan mendapat pertolongan dari Allah. Kitab ini akan menjadikan hati seseorang baik dan berperilaku mulia.”
Menanamkan rasa cinta anak terhadap Al-Qur’an pertama kali harus dilakukan di dalam keluarga. Diantara metode dan prinsip yang bisa kita gunakan adalah:
1. Keteladanan. Jika kita menginginkan anak mencintai Al-Qur’an, maka jadikanlah keluarga kita sebagai suri teladan yang baik dalam cara berinteraksi dengan Al-Qur’an, terbiasa membacanya, terbiasa menjadikannya sebagai rujukan dalam setiap ajaran kita, kecintaan kita kepada Al qur’an yang terlihat dari istiqomahnya kita membaca dan mempelajarinya, hingga keteladanan dalam cara memuliakannya, diharapkan hal tersebut akan merasuk ke dalam alam bawah sadar anak kita bahwa Al-Qur’an (termasuk mushafnya) adalah sesuatu yang agung, suci, mulia, penting untuk dihormati, dimuliakan, dipelajari, dipahami dan diamalkan.
2. Sering memperdengarkan Al-Qur’an di rumah dengan suara merdu dan syahdu, yang menyenangkan bagi pendengaran anak.
3. Bercerita kepada anak dengan kisah-kisah yang diambil dari Al-Qur’an. Seperti kisah tentara gajah yang menghancurkan Ka’bah, kisah perjalanan nabi Musa dan nabi Khidir, kisah Qarun, kisah nabi Sulaiman bersama ratu Bilqis dan burung Hud-hud, kisah Ashabul Kahfi,dan lain-lain dengan menunjukkan bahwa kisah-kisah tersebut adalah kisah yang terdapat di dalam Al Qur’an. Sehingga rasa cinta anak terhadap cerita-cerita itu dengan sendirinya akan terikat dengan rasa cintanya pada Al-Qur’an.
4. Sabar dalam menghadapi anak ketika mengajarkan anak tentang Al Qur’an. Misalnya ketika anak belum bersedia menghafal pada usia ini, maka kita harus menangguhkannya sampai anak benar-benar siap. Namun kita harus selalu mencoba mendekatkannya dengan Al Qur’an, misal dengan senantiasa memperdengarkan bacaan Al-Qur’an kepadanya.
5. Menggunakan metode pemberian penghargaan untuk memotivasi anak. Misalnya jika anak telah menyelesaikan satu surat kita ajak ia untuk jalan-jalan/rekreasi, atau dengan menggunakan lembaran prestasi/piagam penghargaan, sehingga anak akan semakin terdorong untuk mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.
6. Menyampaikan keutamaan-keutamaan mempelajari, memahami, menghafalkan dan mengamalkan Al qur’an. Misalkan sebelum menyuruh anak memulai menghafal Al-Quran, kita katakan kepada mereka, “Al-Qur’an adalah kitab Allah yang mulia, orang yang mau menjaganya, maka Allah akan menjaga orang itu. Orang yang mau berpegang teguh kepadanya, maka akan mendapat pertolongan dari Allah. Kitab ini akan menjadikan hati seseorang baik dan berperilaku mulia.”
7. Menggunakan sarana belajar yang inovatif. Hal ini disesuaikan dengan kecenderungan cara belajar dan tipe si anak. Misalnya bagi anak yang dapat berkonsentrasi dengan baik melalui pendengarannya, dapat menggunakan sarana berupa kaset, atau program penghafal Al-Qur’an digital, agar anak bisa mempergunakannya kapan saja, serta sering memperdengarkan kepadanya bacaan Al-Qur’an dengan lantunan yang merdu dan indah. Bagi anak yang peka terhadap sentuhan, memberikannya Al-Qur’an yang cantik dan terlihat indah saat di bawanya, sehingga ia akan suka membacanya. Bagi anak yang cenderung visual, maka bisa mengajarkannya melalui video, komputer, layar proyektor, melalui papan tulis, dan lain-lain yang menarik perhatiannya.
8. Memilih waktu yang tepat untuk belajar ataupun menghafal Al-Qur’an. Hal ini sangat penting, karena kita tak boleh menganggap anak seperti alat yang dapat dimainkan kapan saja, serta melupakan kebutuhan anak itu sendiri. Karena ketika kita terlalu memaksa anak dan sering menekannya dapat menimbulkan kebencian di hati anak. Oleh karena itu, jika kita ingin menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an di hati anak, maka kita harus memilih waktu yang tepat untuk mengajarkan anak berinteraksi dengan Al-Qur’an. Diantara waktu yang tidak tepat adalah: Setelah lama begadang/kurang tidur, setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup berat, kekenyangan setelah makan, jadwal yang direncanakan anak untuk bermain, atau ketika anak dalam kondisi psikologi yang kurang nyaman misalnya ketika anak marah terhadap orang tua, hal ini agar anak tak membenci Al-Qur’an disebabkan perselisihan dengan orangtuanya. Semoga bermanfaat.[]
8. Memilih waktu yang tepat untuk belajar ataupun menghafal Al-Qur’an. Hal ini sangat penting, karena kita tak boleh menganggap anak seperti alat yang dapat dimainkan kapan saja, serta melupakan kebutuhan anak itu sendiri. Karena ketika kita terlalu memaksa anak dan sering menekannya dapat menimbulkan kebencian di hati anak. Oleh karena itu, jika kita ingin menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an di hati anak, maka kita harus memilih waktu yang tepat untuk mengajarkan anak berinteraksi dengan Al-Qur’an. Diantara waktu yang tidak tepat adalah: Setelah lama begadang/kurang tidur, setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup berat, kekenyangan setelah makan, jadwal yang direncanakan anak untuk bermain, atau ketika anak dalam kondisi psikologi yang kurang nyaman misalnya ketika anak marah terhadap orang tua, hal ini agar anak tak membenci Al-Qur’an disebabkan perselisihan dengan orangtuanya. Semoga bermanfaat.[]