Tempat berbagi
informasi, pemikiran,
kisah, artikel, tips, pengalaman, dan ilmu
berkaitan dengan
dunia medis, intelektual, dakwah, perempuan,

pendidikan anak,
remaja, keluarga dan generasi, juga sesekali barang jualan.....

Selamat Berlayar..........

Rabu, 24 Januari 2018

AL QUR'AN BERISI HAL ITU?



Kisah yang ingin saya bagi kali ini adalah tentang seseorang yang sangat mengispirasi saya dan membuat saya sangat ingin memahami Al Qur' an. Setiap kali (dulu) sedang bersama beliau, berulang-ulang saya merasa terhenyak kaget dengan penuh keheranan bertanya dalam hati: "Al Qur'an berisi tentang hal itu?"

Kok bisa? Begini. Konon, -Anda boleh percaya, boleh juga tidak- menurut cerita ibu saya -semoga beliau senantiasa dalam keadaan sehat dan penuh limpahan berkah dari Allah swt- sejak kecil saya itu hobi membaca. Masa itu, dimana belum lazim anak usia TK bisa membaca (lancar), konon saya sudah bisa. Pada saat SD, hobi membaca saya semakin menjadi. Semua buku saya baca. Singkat cerita, untuk memenuhi kegemaran saya membaca tersebut, ibu saya yang seorang guru selalu memborong buku di perpustakaan sekolah tempat beliau mengajar untuk dipinjamkan kepada saya. Setiap pulang beliau membawa beberapa buah buku, kadang bahkan jumlahnya sangat banyak, keesokannya dikembalikan lagi ke perpustakaan sekolah beliau, untuk kemudian meminjam lagi beberapa buku baru lainnya untuk dibawa pulang kembali. Demikian setiap hari, hingga beliau katakan semua buku di perpustakaan tersebut sudah habis saya baca. Saat itu kami tinggal di kota kecil (Mojokerto), sekolah tempat beliau mengajar sepertinya juga sekolah swasta yang tidak besar. Mungkin saja koleksi perpustakaan di sana saat itu tidak terlalu banyak.

Singkat cerita, demikianlah, hingga pada usia SD tersebut saya sudah hafal betul semua kisah nabi dan Rasul, kisah-kisah fabel, legenda-legenda, asal muasal ini itu, kisah putri-putrian, kisah pangeran-pangeranan, hikayat ini itu dan semua konten-konten yang lazim ada pada buku bacaan anak saat itu. (Buku-buku anak Islami nan menarik dan bergizi ala jaman now saat itu belum lazim saya kira). Maka, saat itu memori saya tentang posisi kisah nabi dan Rasul sama dengan kisah selainnya. Saya kecil mengira semua adalah kisah atau dongeng biasa, ditulis atau dikarang oleh seseorang, yang sulit bagi saya membedakan mana fiksi mana non fiksi. Semuanya menarik, menyenangkan mendengarnya dan memang di dalamnya sarat dengan pengajaran. Kisah yang sama sering saya dengarkan ketika ibu saya mendongengkannya menjelang tidur.

Hingga ketika musim liburan panjang sekolah tiba, saya bersaudara pergi berlibur menginap di rumah seseorang yang saya katakan sangat mengisnpirasi saya di awal tulisan ini. Ya. Beliau adalah nenek saya, ibunda dari ibu saya. Orang-orang di sekitar beliau mengenal beliau dengan panggilan Nyai Athiyah. Selama tinggal berlibur di Surabaya, kota beliau tinggal, inilah saya untuk pertama kalinya kemudian merasa heran dan memiliki pertanyaan "Al Qur'an berisi tentang hal itu?".

Bagaimana hal itu terjadi?
Begini. Setiap malam menjelang tidur, seperti biasa saya meminta nenek saya tersebut untuk bercerita. Dan beliau kemudian selalu bertanya mau cerita nabi siapa? Setiap saya request kisah nabi A maka beliau pun kemudian menceritakannya dengan detil, hingga dialog-dialog yang terjadi di dalamnya. Kisah-kisah yang saya sudah menghapalnya luar kepala, namun selalu menemukan detil informasi baru dari cerita beliau. Padahal saya tahu persis, beliau tidak lancar membaca huruf latin. Bisa membaca, tapi tidak selancar saya. Menyadari hal itu membuat saya heran dan kemudian bertanya kepada beliau, "kok mbah bisa tahu cerita-cerita nabi itu darimana?" Beliau menjawab, "dari Qur'an". "Apaa?" heran saya dalam hati. Dari Al Qur'an? Yang tiap sore saya belajar di masjid sebelah rumah, dan malamnya setelah maghrib kami membacanya di rumah? Yang membacanya saja sulit (tidak semudah membaca latin bagi saya saat itu), apalagi untuk mengerti apa isinya.

Di kesempatan lain, ketika kemudian kami sekeluarga pindah ke Surabaya (saat itu saya duduk di kelas 5 SD), saya pun lebih sering ke rumah nenek saya ini dan akhirnya memiliki memori lebih tentang beliau dan keseharian beliau. Betapa beliau adalah seseorang yang sangat terjaga lisannya. Setiap saat senantiasa basah dengan dzikrullah, kalimat thoyyibah, dan lantunan ayat-ayat Al qur'an yang beliau baca perlahan sembari melakukan aktivitas apapun, dan hanya terputus ketika beliau butuh untuk bicara/bertanya sesuatu kepada orang lain. Saya menyaksikannya dengan lebih paham karena usia sudah semakin besar, bahwa sejak sebelum bangun tidur hingga beliau tidur lagi, itulah yang saya temui. Bahkan ketika dalam tidur, lalu beliau menggerakkan anggota tubuh apapun atau mengganti posisi tidur beliau maka kalimat-kalimat dzikrullah itu sangat jelas senantiasa saya dengar. Di pagi hari, masuk waktu dluha, datanglah rombongan ibu-ibu yang belajar mengaji (baca Al Qur'an) di rumah beliau. Mereka membacanya dengan keras, bareng-bareng, berbeda apa yang dibaca. Namun setiap kali ada yang salah membaca, nenek saya kemudian mengoreksinya. Padahal beliau tidak sedang di hadapan ibu-ibu tersebut. Nenek saya menyimak mereka sambil menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga beliau. Kok bisa? Itu keheranan saya berikutnya (saat itu). "Padahal Al Qur'an yang mereka (murid-murid beliau) baca kan sangat tebal?! Apa iya nenek saya ini hapal semuanya?!" batin saya saat itu yang belum mengenal program tahfidz dan semacamnya.

Ketika saya usia SMP-SMA dimana berita-berita atau informasi di koran ataupun media lain sudah menjadi konsumsi saya sehari-hari, saya pun kemudian sering membagi informasi kejadian-kejadian terkini yang saya ketahui tersebut dalam perbincangan bersama beliau. Ketika saya bercerita tentang peristiwa aborsi, berita pembunuhan, perang antar negara islam, berita seputar Palestina-Israel, kisah tentang keajaiban/kehebatan seseorang, kedloliman orang-orang tertentu, suku-suku di pedalaman dan sebagainya, kali ini beliau selalu merespon setiap cerita saya itu dengan menyampaikan bahwa apa yang saya ceritakan itu sudah diceritakan di Al qur'an sambil menyampaikan ayat mana yang beliau maksudkan. "Hellow....semua yang saya kisahkan itu adalah info mutakhir, berita terkini, up to date gitu loh ....tapi kok nenek saya yang tidak membaca koran ataupun melihat televisi, menerimanya tidak seperti bahwa itu semua adalah info-info yang membuat beliau merasa mendengar sesuatu yang baru ataupun heran. Sebaliknya semuanya seperti sudah beliau dengar. Sudah beliau tahu. termasuk apa yang kemudian menjadi lanjutan dan pelajaran dari kisah-kisah tersebut. Dan itu, karena beliau membaca Al Qur'an? WOW"....sekali lagi saya bertanya dalam hati "Al Qur'an juga membahas dan menceritakan hal itu? Apa lagikah yang dibahas oleh Al Qur'an?" Menyeruak rasa sangat ingin bisa paham apa yang ada di dalam Al Quran.

Maka apa yang beliau tunjukkan pada saya tersebut, benar-benar menginspirasi saya, memunculkan rasa takjub saya kepada Al Qur'an, membuat saya ingin memiliki kemampuan mengerti setiap bacaan Al Qur'an yang saya baca. Saya mau membaca kisah-kisah itu langsung dari Al Qur'an, bukan dari buku yang ditulis orang, ataupun dongeng yang diceritakan orang. Saya sangat ingin mengerti bahasa Al Qur'an. Keinginan ini terpelihara, sehingga setiap saya mendengar kajian tafsir yang selalu merinci lafadz demi lafadz sebuah ayat, menerjemahkannya, menjelaskan maknanya, selalu menjadi hal yang sangat menarik bagi saya. Hingga ketika kemudian dakwah islam Ideologis menyentuh dan membina saya, memahamkan saya akan posisi penting bahasa Arab dalam islam, bahwa kemukjizatan Al qur'an tidak bisa dipahami tanpa mengenal bahasa Arab, maka kelas-kelas belajar bahasa Arab pun saya kejar. Kursus-kursus ataupun pelatihan yang mengajarkan program terjemah Al Qur'an pun saya ikuti. Semua berawal diantaranya dari inspirasi seorang nenek yang dari lisan beliau selalu keluar ajaran-ajaran Al Qur'an, mengajar menggunakan Al Qur'an, menggunakan bahasa-bahasa Al Qur'an ketika berinteraksi dengan cucunya.

Maka menuliskan kisah ini adalah cara saya menasehati diri saya sendiri -syukur alhamdulillah jika bisa menginspirasi pembaca kisah ini- agar menjadikan Al Quran sebagai sumber / mata air tsaqofah kita, konten, alat & sarana pengajaran kepada anak-anak, murid-murid, maupun umat secara keseluruhan.

Jadi, bacalah Al Qur'an, fahami Al Qur'an, terapkan Al Qur'an, ajarkanlah Al Qur'an, mengajarlah dengan Al Qur'an dan gunakan Bahasa Al Qur'an. Satu lagi, perjuangkanlah Al Qur'an agar bisa diterapkan sempurna dalam kehidupan ini. Karena Al Qur'an diturunkan bukan untuk orang mati. Itulah pelajaran yang ingin saya bagi. Rasul Saw nan mulia pun menyampaikan: "Sebaik-baik dari kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al Qur'an."


Semoga saya dan para pembaca sekalian senantiasa Allah rahmati dengan Al-Quran yang agung. Semoga Allah senantiasa menjadikan Al qur'an bagi kita semua sebagai panutan, cahaya, petunjuk dan rahmat. Menjadi pengingat ketika kita lupa. Dan mengajarkan kepada kita apa-apa dari padanya yang belum kita tahu. Semoga Allah swt menganugrahkan kepada kita semua kesempatan untuk membacanya tengah malam dan siang hari, dan menjadikan sebagai hujjah yang kuat bagi kita. Aamin... wahai Tuhan semesta alam.

Faizatul Rosyidah


Ingin memiliki buku seperti di bawah ini? Silakan klik: bit.ly/FayzaBookGallery



Tidak ada komentar:

Posting Komentar